Apa Jadinya Jika Leo Messi, Sejak Kecil Sekolah Di Indonesia, Guru Gembul: Kalau Kamu Lulus Nanti Jadi PNS

Masa depan anak sangat bergantung akan kelebihan dan kemampuan mereka, sebagai salah satu anugrah dari Tuhan. Biasa kita sebut bakat alamiah

Arvie Senna
Selasa, 06 Juni 2023 | 15:51 WIB
Apa Jadinya Jika Leo Messi, Sejak Kecil Sekolah Di Indonesia, Guru Gembul: Kalau Kamu Lulus Nanti Jadi PNS
Guru Gembul imajinasikan Messi sekolah di Indonesia (Tangkapan Layar)

Depok.suara.com - Guru Gembul seorang tenaga pengajar yang double profesi sebagai Youtuber, menyinggung sistem pendidikan di Indonesia.

Menurutnya sistem pendidikan sekolah-sekolah di Indonesia, memiliki banyak kekurangan. Diantaranya penyamarataan minat dan bakat siswa.

Bagaimana jadinya jika Leo Messi terlahir dan sekolah di Indonesia, apakah dirinya akan menjadi pemain bola terbaik.

Dilansir dari video viral TikTok akun @_ikshan_13 (13/5/2023),  Guru Gembul membicarakan salah satu sistem pendidikan Indonesia yang berdampak buruk bagi masa depan anak.

Baca Juga:Engga Jadi Ngakak! Desta Gimmick Nikahkan Caitlin Halderman sama Penonton, Keluar Kata Sensitif: Udah Cerai

Masa depan anak sangat bergantung akan kelebihan dan kemampuan mereka, sebagai salah satu anugrah dari Tuhan. Biasa kita sebut bakat alamiah.

Sistem pendidikan memaksa anak-anak untuk belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Mereka harus mengikuti rancangan pembelajaran, suka ataupun tidak suka. Sehingga itu semua hanya akan manjadikan anak semakin bodoh.

Bodoh karena apa, Karena dia dijauhkan dari bakat alamiahnya, dia dijauhkan dari takdir yang diajukan Tuhan. Bukan berarti melanggar takdir. 

"Sekolah-sekolah itu mengajarkan duduk dengan diam, untuk pelajaran-pelajaran yang tidak berguna di masa depan."

"Jadi kalau misalkan ada anak di Indonesia atau misalkan kita, bikin sedikit imajinasi Messi lahir di Indonesia."

Baca Juga:Berasa Rumah Sendiri, Aldi Taher Belanja Baju Waran Warna Cobain Langsung Di Tempat: Ini Parah Nih Tenang-Tenang

"Dia bakat luar biasa di bidang bola, kemudian karena dia dibesarkan di Indonesia, pas dia lagi latihan bola dimarahin, di jewer dibawa pulang sama Mamanya."

"Nanti kamu harus belajar matematika dulu, main bola lagi, ditarik lagi kamu harus belajar bahasa Indonesia dulu dan sebagainya."

Akhirnya apa, matematika, bahasa Indonesia karena dia tidak berbakat di situ dan dia tidak berminat di situ, dia tidak akan terlalu menguasainya.

Dan main bola bakat yang sudah jadi bakat alaminya, tidak akan terasa menggairahkan lagi, karena sejak awal tidak ada latihan lagi.

"Akhirnya apa? Di masa depan dia tidak akan jadi apa-apa, dan orang tuanya akan memberikan penghiburan kepadanya 'nak nanti kalau lulus ini, lulus ini nanti kamu jadi PNS'."

Sistem pendidikan seperti ini malah menghancurkan masa depan si anak yang sebenarnya unik dan spesifik. Setiap anak itu harus dibesarkan sesuai dengan minatnya, sesuai dengan kebahagiaannya.

Karena itulah dia akan mencapai sesuatu puncak di masa depan. Tapi itu tidak akan terjadi, karena mereka yang begitu sangat berbeda, harus dibatasi dalam sebuah kelas pengajaran.

Kemudian nilai yang mereka dapat distandirasikan, oleh namanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dan hal itu melanggar hak asasi manusia, dan masih terjadi.***

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Ragam

Terkini

Tampilkan lebih banyak