Depok.suara.com - FIFA telah memutuskan Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Banyak pihak yang menyatakan penolakan kehadiran Timnas Israel menjadi biang keroknya.
Tetapi dilihat dari akun Twitter @Kurawa, ada kekhawatiran isu yang lebih besar yakni terorisme. Hal ini berdasarkan pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster pada 28 Maret silam.
"Tgl 28 Maret pagi2 tiba2 Tsunami Isu itu datang dengan statement Koster yang mengirim pesan yg paling ditakutkan oleh Bule : kalo Bali Trauma dengan Bom Bali di Legian..
Pernyataan dari seorang Kepala Daerah atas Wilayah Sentral di Negeri yaitu Bali memberikan pesan khusus," tulisnya.
Dikatakan oleh Kurawa, pernyataan Koster tersebut menjadi referensi dari FIFA bahwa Indonesia tidak aman. Karena itulah FIFA sudah hampir menyatakan Indonesia akan dicoret.
Baca Juga:Masjid di Musi Banyuasin Mendadak Mencekam, Anak Tikam Ibu Kandung Saat Tadarus Setelah Tarawih
Hal ini terlihat dari keputusan FIFA yang menghapus soundtrack Piala Dunia U-20. Walau belum ada pernyataan resmi, dirinya menyebut sudah ada surat kepada pemerintah Indonesia.
Pasalnya, jelas Kurawa, Isu bom sangat sensitif bagi FIFA. Hal ini layaknya asal usul pidana becanda soal Bom di Bandara seluruh dunia.
"Keselamatan peserta U-20 prioritas utama FIFA, mereka tidak mau terulang kasus Black September di Munich," ucapnya.
Karena itulah upaya beberapa orang seperti Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka cukup sia-sia. Pasalnya adanya isu bom ini membuat FIFA tidak bisa menoleransinya.
"Komposisi sikap rakyat Indonesia 65 % mendukung dan 35% menolak jadi tidak relevan lagi karena jika 35% menolak ini mengaminkan isu Bom angkanya sangat besar bagi FIFA .. jadi di tgl 28 maret itu secara de Facto Indonesia sdh dicoret jadi tuan rumah," tegasnya.