Depok.suara.com - Seorang dokter Indonesia yang bekerja di Singapura menceritakan perbedaan layanan kesehatan di kedua negara tersebut. Dirinya mengaku mendapatkan perhatian yang sangat besar dari pemerintah Singapura.
Dilihat dari akun Twitter @Kurawa, dokter terbukti menceritakan pada tahun 2003 pemerintah Singapura banyak merekrut dokter lulusan dari Australia. Dirinya pun menjadi salah satu orang yang direkrut.
"Saya daftar dan langsung dalam waktu sebulan dua bulan saya langsung dikasih izin praktek. Saya dikasih kerjaan very Straight Forward tidak berbelit-belit," ucapnya.
Dirinya mengaku heran karena walau bukan orang Singapura, tetapi tetap diperlukan secara adil. Selama bekerja dia tidak pernah ditanya mengenai agama, suku dan juga latar belakang.
Baca Juga:Chae Soo Bin Tinjau Tawaran Peran dalam Remake Drama Caution Hazardous Wife
Bahkan dirinya pun dipermudah untuk melanjutkan kuliah spesialis. Bahkan diberikan beasiswa oleh pemerintah Singapura untuk belajar bedah tulang belakang di Australia.
"Dan semua biaya ditanggung oleh pemerintah Singapura dan biayanya tidak murah. Padahal saya orang Indonesia. Warga negara Indonesia bukan warga negara Singapura," paparnya.
Dokter itu lantas bertanya apakah nasibnya akan berbeda bila lebih memilih kembali ke Indonesia. Pasalnya sebagai minoritas untuk mendapatkan kuliah spesialis pun sangat berat.
Dirinya yang kini praktik di ST Mount Elizabeth mengaku ironis karena hampir semua pasiennya adalah orang Indonesia. Bahkan para staffnya pun dari Indonesia.
"70 persen pasien saya adalah orang Indonesia, staff saya adalah orang Indonesia. Jadi dokternya orang Indonesia, pasiennya orang Indonesia, staffnya orang Indonesia, tapi kami semua ada di singapura. Ironis ya," pungkasnya.
Baca Juga:10 Potret Pesta Ulang Tahun BCL ke-40, Cara Berdoanya Mirip Orang Nasrani