Poptren.suara.com - Band Radja yang diawaki oleh Moldy (gitar), Ian Kasela (vokalis), dan Seno (drum) mendapat intimidasi usai manggung di Arena Larkin, Johor Baru, Malaysia, pada Sabtu (11/3/2023) pada jam 9 malam waktu setempat.
Ian mengaku jika para personel Radja disekap di dalam ruangan sempit dan diancam dibunuh oleh dua orang yang didampingi banyak bodyguardnya.
Hingga akhirnya mereka pun melaporkan kejadian mengerikan ini ke kantor polisi dan bergegas pulang ke Indonesia. Mereka tak ingin menginap lagi di hotel karena merasa trauma.
"Udah trauma lah. Ketika kita balik ke Kuala Lumpur, peminat kita di sana banyak dan meminta (foto), maaf tapi mohon maaf yang ada kita lihat mereka kita langsung takut, parno, mental kita terganggu. Di bandara pun kita takut, sumpah," tutur Ian Kasela dilansir Selebtek.suara.com dari kanal YouTube KH Entertainment.
Baca Juga:3 Nama Calon Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Mendagri Akan Pilih Satu Nama
Ian kejadian yang mereka alami tidak terjadi pada artis lainnya. Ian Kasela berharap pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas atas penindasan yang diterima warganya.
"Semoga tidak terjadi lagi terhadap Radja dan teman-teman yang lain. Tapi kalau tidak dilakukan tindakan apa-apa saya yakin pasti akan terjadi lagi semacam penindasan," harap Ian.
![Band Radja diawaki Moldy (gitar), Ian Kasela (vokal), dan Seno (drum) [Instagram @bandradjaofficial]](https://media.suara.com/suara-partners/depok/thumbs/1200x675/2023/03/13/1-radja3.jpg)
Radja Kecewa kepada EO dan Tourism Johor
Ian Kasela mengatakan, pihaknya sangat kecewa terhadap EO dan Tourism Johor karena bukannya menyampaikan terima kasih setelah acara sukses digelar, Radja malah mendapat cacian dan makian yang biadab.
"Bahkan sampai ancaman membunuh terhadap kami jika Radja datang lagi ke Johor, Malaysia, mati!” ungkap Ian.
Baca Juga:Makin Bongsor, Sungchan NCT Kejutkan Fans dengan Pertumbuhan Tinggi Badan
Para personel Radja juga merasa ketakutan luar biasa setelah dimasukkan ke dalam ruangan dengan kondisi pintu terkunci dan terdapat beberapa bodyguard yang mengintimidasi.
“Kita ditekan, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam ruang yang sempit, diisi dengan bodyguard-nya dia yang banyak. Dua orang memperlakukan kami dengan sangat biadab, gila itu,” tutur Ian.
Begitu juga dengan Tourism Johor yang tidak mengambil tindakan dan bahkan lepas tangan. Mereka menganggap ini urusan EO.
"Padahal ini acara Tourism Johor,” kata Ian.
Para personel akhirnya dibebaskan dan bisa keluar dari ruangan. Mereka lantas melaporkan peristiwa itu ke polisi pada Minggu (12/3) jam 5 pagi.
"Kami buat laporan berdasarkan arahan dari teman di Kuala Lumpur. Diarahkan untuk buat laporan polisi di Johor, di lokasi kejadian,” kata Ian. (*)