Depok.suara.com - Program Gubernur Jawa Barat, Petani Milenial tengah disorot oleh warganet. Pasalnya salah satu peserta menyatakan bahwa pelaksanaan program tersebut sangat berantakan di lapangan.
Hal ini disampaikan salah satu peserta
Petani Milenial Jawa Barat 2021 yang menceritakan bagaimana benang kusut program ini berjalan. Dirinya menyebutkan program di bawah Biro Perekonomian Jabar ini tidak semanis yang dibayangkan.
Melalui cuitan dari akun Twitter Mazzini @mazzini_gsp, peserta yang diketahui bernama Rizky Anggara ini menilai program petani milenial pada awalnya sangat baik. Hal ini karena memberikan ruang kepada anak muda untuk terjun ke dunia pertanian.
"Namun selama perjalanan program ini, jujur saya rasa program ini sangat berantakan," kata Rizky yang diunggah Mazzini, Senin (31/1/2023).
Baca Juga:Prediksi Persis Solo vs Bhayangkara FC di BRI Liga 1: Preview, Susunan Pemain, Skor
Dirinya menjelaskan pihak yang berperan sebagai pelaksana program petani milenial adalah Biro Perekonomian Jabar, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Jabar. Selain itu ada PT Agro Jabar selaku avalist atau penjamin, CV Minaqu Indonesia selaku offtaker dan Bank BJB selaku pemberi modal dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Tetapi hal yang mengecewakan dirinya adalah program ini terlihat hanya untuk kepentingan politik. Pasalnya para pejabat hanya muncul setelah para petani panen.
"Dalam perjalanannya program ini sangat berantakan, bahkan kami merasa hanya dimanfaatkan sebagai alat politik dan bahan pencitraan saja tanpa ada hasil," keluh Rizky.
Bahkan, dirinya menyebut selama ada permasalahan, seluruh stakeholders saling tuduh. Lebih parahnya lagi, mereka terkesan menghindar.
"Tetapi saat kami panen, semua stakeholders datang ramai-ramai untuk menunjukkan bahwa itu adalah hasil kerja mereka. Begitu yang kami alami satu tahun sejak Juli 2021 hingga Juli 2022," beber Rizky.
Baca Juga:5 Series dan Film Sheila Dara, Terbaru Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang
Dirinya mengira bisa mendapatkan hasil yang manis dari program Petani Milenial ini. Tetapi nyatanya, pihaknya dari satu kelompok di Gelombang 1 Petani Milenial malah mendapatkan surat cinta dari Bank BJB.
Pasalnya mereka tidak mampu membayar hasil panen kami hingga detik ini. Karena itulah nama mereka sampai tercoreng dari perbankan.
Rizky bersama yang lainnya sangat menyayangkan peran Pemprov Jabar selaku pemilik program tersebut. Pemprov Jabar justru membuat petani milenial yang baru hingga gelombang 10.
"Peran pemprov selaku pemilik program benar-benar nol, tidak berperan sama sekali dan bahkan menghindar," tegas Rizky.
Rizky mengaku bingung dengan permasalahan yang ada. Terlebih rasa sakit hatinya kian membuncah ketika salah satu rekannya didatangi oleh orang Bank BJB ke rumahnya.
"Kami benar-benar sakit hati karena hanya dijadikan alat politik dan bahan pencitraan saja," beber Rizky.
Hal ini, imbuhnya, berbanding terbalik dengan official akun media sosial Pemprov Jabar dan Petani Milenial yang masih sangat bangga dan terus membranding program tersebut dengan rapi.
"Waktu kami telah hilang selama 1 tahun tanpa hasil dan kami malu terhadap orangtua kami yang berharap pada anaknya yang mengikuti program ini," ucapnya.